Otentik, Unik, Dalam, Kaya Bebunyian

Selama hampir dua dasawarsa fiona apple lebih banyak mengurung diri di rumah; kalaupun mengambil jeda, pergi keluar, paling dia cari angin, mengajak anjingnya berjalan-jalan. Pembatasan interaksi sosial yang diwajibkan hari-hari ini bisa dibilang sudah dia jalani. Dan itu masih ditambah dua hal ini: dia tak merambah media sosial, cenderung menghindari pers, dan jarang mendengarkan musik-musik baru—karena tak berminat dan tak ingin mendapat pengaruh. Bukan hal yang mengherankan bila karya-karyanya terasa otentik. Di antara letupan emosi, atau pesan, dalam lagu-lagunya kita tak bakal mendapati jejak yang berasal dari apa yang sedang menjadi tren. Dia seakan-akan merilis album manakala sudah benar-benar tiba saat untuk melakukannya. Album barunya ini adalah yang kelima dalam diskografinya. Untuk artis yang berkarier sejak pertengahan 1990-an, jumlah ini terhitung sedikit. Tapi, dari segi baiknya, tak satu pun outputnya yang patut dilewatkan, termasuk album ini. Ada yang lebih dari sekadar tak mengecewakan, malah. Di sini dia memperlihatkan betapa social distancing yang dia lalui bukanlah halangan untuk menggali sumber-sumber yang ada pada dirinya, yang ternyata sangat kaya dan malah membukakan mata. Simaklah lagu-lagu yang ada. Semua merupakan realisasi dari keengganannya menjalani proses pengerjaan yang lazim di studio; semua direkam dengan instrumen-instrumen “ajaib”: aneka perkakas yang terdapat di rumah, misalnya gawai, dan rekaman audio yang dibuat dengan ponsel. Ada pula bebunyian anjing menggonggong, perkusi yang berasal dari barang-barang bekas, blok kayu, kaleng minyak…dan lain-lain. Album ini lagi-lagi menjadi etalase dari kecenderungan Fiona Apple: unik, kalaupun tak ganjil; dalam; memprovokasi. > purwanto setiadi


Diskografi Tidal (23 Juli 1996) When the Pawn (9 November 1999) Extraordinary Machine (4 Oktober 2005) The Idier Wheel (19 Juni 2012) Fetch the Bolt Cutters (17 April 2020)

No comments:

Post a Comment

Adbox

@templatesyard