Para pedagang daging di pejagalan Cakung, Jakarta, terkejut ketika serombongan musisi dan orang-orang film bergabung bersama mereka. Ada Achmad Albar, Ian Antono, Donny Fatah, Harry Anggoman, dan Yaya Moektio. Juga sutradara Garin Nugroho bersama krunya.
Alat-alat
musik kemudian digelar di depan mereka, begitu juga lampu-lampu sorot dan
kamera. Setelah semua siap, Garin berteriak,” Take.” Iyek – panggilan akrab Albar—pun melantunkan lagu Basa-basi.
Itulah
sebagian cerita pengambilan gambar klip Basa-basi
dari album terbaru Gong 2000 yang kini tayang di televisi. Suting yang
berlangsung dari pukul 22.00 hingga pukul 04.00, Agustus lalu itu
mengetengahkan warna kritik sosial klip Gong 2000.
Ada
deretan daging sapi yang dicincang dan digantung, ada pula wajah-wajah pedagang
yang ditutup kain hitam sembari membawa beragam gambar; seperti wajah-wajah
dengan kepala minyak goreng, beras, gambar ayam, sapi, tanda seru, dan beberapa
gambar tanda lalu-lintas.
Di
tengah fragmen-fragmen itu Iyek melontarkan syair: Seorang tak mau peduli nasib
kami...katakanlah sejujurnya agar penantian tak sia-sia, aku sudah bosan dengan
segala janji basa-basi.
Di klip Cinta yang Hilang, Garin giliran
mengambillokasi Yogya Department Store, Klender, Jakarta Timur, yang memanggang
ratusan orang dalam kerusuhan 14-15 Mei.
Formasi lengkap Gong 2000 tampil di tengah reruntuhan gedung menytanyikan syair
cinta, tentang seseorang yang kehilangan kekasihnya. Modelnya seorang gadis WNI
keturunan, seorang lelaki, dan musik boks yang tergolek di tengah reruntuhan.
Pada klip ini amuk Mei dan kobaran api ditampilkan.
Mengapa
sutradara Daun di Atas Bantal itu
mengetengahkan warna kritik sosial dalam dua klip Gong? Garin bertutur
syair-syair Gong 2000 memungkinkan dia berekspresi lebih bebas. “Ada persoalan
kekerasan dan komunikasi yang mampat. Reformasi selama ini juga cumadikatakan,
tak menjadi perbuatan,” kata sutradara klip terbaik tahun 1995 lewat Negeri di
Awan itu.
Garin
juga menilai sekarang ini hampir tak klip yang merespon fenomena reformasi. “Saya
lihat reformasi tak dijabarkan dalam video klip dan iklan. Impian hak-hak
berekspresi masyarakat tak pernah tergambarkan. Jika membuat album rock,
misalnya, cuma gambar-gambar pentas di panggung yang dikedepankan dan
wajah-wajah keras pemusiknya. Mengapa bukan setting pikiran dan gagasan musisi
yang dimunculkan?” tutur sutadara yang memasang biaya pembuatan klip di atas Rp
35 juta itu.
Apa
komentar personel Gong dengan dua klip itu? “Saya surprised,” kata Iyek. > renny
Album
Klip Garin Nugroho
Januari
Christy Dindi 1990
Krakatau Kutemukan 1992
Titi
DJ Bintang-bintang 1995
Paquita Teman Bicara 1995
Katon
Bagaskara Negeri di Awan 1995
Chrisye Zamrud Khatulistiwa 1997
Edo
Kondologit Yang
Menangis 1997/1998
Gong
2000 Basa-basi
dan Cinta yang Hilang 1998









No comments:
Post a Comment