![]() |
| bukalapak.com |
“Terima kasih kepada Om Hein.” Begitulah ucapan yang acapkali tertera di balik sampul-sampul kaset musisi Indonesia yang direkam pada 1970-an dan 1980-an. Bahkan di era sekarang.
Nggak percaya? Coba buka sampul kaset kelompok
Gallery yang belum lama ini diluncurkan. Nama itu tertera pula di sana. Siapa
orang itu? Dialah Hein Dauna, 73, si ‘dokter piano’ yang terkenal bertangan
dingin.
Memang, bukan manusia saja yang punya dokter, piano
pun, kalau sedang bermasalah, harus dibawa ke dokter. Piano termasuk salah satu alat musik yang
sangat sensitif. Karena rangkaian mekanisnya yang cukup rumit, alat ini
memerlukan perawatan teliti.
Misalnya saja, paling tidak, lima bulan sekali harus
ditala atau disetem ulang. Secara berkala, alat musik yang terbilang manja itu
juga harus diregulasi ulang. Artinya, setiap ada gangguan sedikit, komponen
mekanis di dalamnya harus diluruskan atau dikencangkan kembali.
Semua itu hanya mungkin dilakukan oleh dokter piano,
orang yang benar-benar ahli dalam bidang itu. Orang ini harus punya keahlian
dan pengetahuan komplet, termasuk bisa memainkan piano.
Tak banyak orang semacam itu. Hein Dauna salah
satunya. Indra Lesmana, Ireng Maulana (keduanya musisi jazz terkemuka), atau
Rima Melati (bintang film senior), atau bahkan petinggi negara seperti Marzuki
Usman (Menteri Pariwisata Seni dan
Budaya) adalah sebagian dari klien sang dokter.
Hingga lima tahun terakhir, pria keturunan Tionghoa
yang bermukim di Pecenongan ini pernah mengalami kejayaan. Ia dikenal sebagai
dokter piano bertangan dingin. “Piano itu cukup rumit, menurut saya. Bukan
hanya teknik memainkannya tetapi juga memahami segala hal terutama komponen-komponen
yang ada di dalamnya,” kata Om Hein, begitu ia biasa dipanggil.
Sudah kurang lebih 20 tahun Om Hein menggeluti dunia
reparasi piano. Bahkan sampai sekarang – usianya 73 tahun – ia masih
menyempatkan diri mereparasi beberapa piano milik kenalan terdekatnya.
“Sekarang saya sudah tak seaktif dulu lagi. Mungkin
karena usia saya yang sudah tua dan mungkin juga orang-orang zaman sekarang
enggan memelihara piano yang sudah berumur
dan tua, yang kalau rusak sedikit saja harus memakan waktu cukup
lama untuk mereparasinya,” katanya lagi.
Sekitar 10 tahun lalu, saat ia masih aktif
mereparasi piano, dalam sebulan bisa 3-5 piano yang direparasinya. Entah piano
itu dibawa ke bengkelnya di daerah kota, Jakarta, atau ia yang mendatangi rumah pemiliknya untuk mereparasi di sana.
Waktu yang dibutuhkan untuk mereparasi sebuah piano
tidak dapat ditentukan. Menurut Om Hein, itu tergantung kerusakannya. Untuk
piano yang rusaknya cukup berat, bisa memakan waktu sampai satu bulan.
Misalnya kayu body piano itu rusak termakan rayap,
harus dibongkar dulu, dipisahkan satu persatu sambil mencari bahan kayu yang
menyerupai body aslinya. “Cukup rumit,” tutur pria yang kini sudah agak
gemetaran terserang alzhemeir itu.
Kalau kerusakan biasa, seperti tone yang berubah
karena piano terlalu banyak dipindah-pindahkan atau digeser ke sana kemari,
paling butuh waktu beberapa hari.
Segala mereka piano pernah direparasi oleh Om Hein.
. Mulai dari Petrof buatan Ceko, Yamaha, sampai Kawai buatan Jepang. “Tapi
kalau sekarang sepertinya masing-masing merek sudah punya tempat khusus
reparasi sendiri. Misalnya tempat reparasi piano merek petrof hanya mau
menerima reparasi piano dengan merek yang sama. Begitu juga dengan Yamaha yang
sudah punya tempat reparasi khusus di dealer Yamaha sendiri,” katanya.
Tapi, bagaimanapun, keberadaan dokter piano masih
dibutuhkan sampai kapanpun. Memiliki piano, sekalipun sudah tua dan berumur,
rasanya memiliki suatu kebanggan tersendiri. Dan untuk membantu memilihara alat
musik ini, orang-orang semacam Om Hein niscaya selalu dibutuhkan. > imel/kos










No comments:
Post a Comment