Dokter Untuk Alat Sensitif

PROFESI, No.01/THN 1/September 1998

bukalapak.com

“Terima kasih kepada Om Hein.”  Begitulah ucapan yang acapkali tertera di balik sampul-sampul kaset musisi Indonesia yang direkam pada 1970-an dan 1980-an. Bahkan di era sekarang.
Nggak percaya? Coba buka sampul kaset kelompok Gallery yang belum lama ini diluncurkan. Nama itu tertera pula di sana. Siapa orang itu? Dialah Hein Dauna, 73, si ‘dokter piano’ yang terkenal bertangan dingin.

Memang, bukan manusia saja yang punya dokter, piano pun, kalau sedang bermasalah, harus dibawa ke dokter.  Piano termasuk salah satu alat musik yang sangat sensitif. Karena rangkaian mekanisnya yang cukup rumit, alat ini memerlukan perawatan teliti.

Misalnya saja, paling tidak, lima bulan sekali harus ditala atau disetem ulang. Secara berkala, alat musik yang terbilang manja itu juga harus diregulasi ulang. Artinya, setiap ada gangguan sedikit, komponen mekanis di dalamnya harus diluruskan atau dikencangkan kembali.

Semua itu hanya mungkin dilakukan oleh dokter piano, orang yang benar-benar ahli dalam bidang itu. Orang ini harus punya keahlian dan pengetahuan komplet, termasuk bisa memainkan piano.
Tak banyak orang semacam itu. Hein Dauna salah satunya. Indra Lesmana, Ireng Maulana (keduanya musisi jazz terkemuka), atau Rima Melati (bintang film senior), atau bahkan petinggi negara seperti Marzuki Usman (Menteri Pariwisata Seni  dan Budaya) adalah sebagian dari klien sang dokter.



Hingga lima tahun terakhir, pria keturunan Tionghoa yang bermukim di Pecenongan ini pernah mengalami kejayaan. Ia dikenal sebagai dokter piano bertangan dingin. “Piano itu cukup rumit, menurut saya. Bukan hanya teknik memainkannya tetapi juga memahami segala hal terutama komponen-komponen yang ada di dalamnya,” kata Om Hein, begitu ia biasa dipanggil.

Sudah kurang lebih 20 tahun Om Hein menggeluti dunia reparasi piano. Bahkan sampai sekarang – usianya 73 tahun – ia masih menyempatkan diri mereparasi beberapa piano milik kenalan terdekatnya.

“Sekarang saya sudah tak seaktif dulu lagi. Mungkin karena usia saya yang sudah tua dan mungkin juga orang-orang zaman sekarang enggan memelihara piano yang sudah berumur  dan tua, yang kalau rusak sedikit saja harus memakan waktu cukup lama  untuk mereparasinya,” katanya lagi.

Sekitar 10 tahun lalu, saat ia masih aktif mereparasi piano, dalam sebulan bisa 3-5 piano yang direparasinya. Entah piano itu dibawa ke bengkelnya di daerah kota, Jakarta, atau ia yang mendatangi  rumah pemiliknya untuk mereparasi di sana.

Waktu yang dibutuhkan untuk mereparasi sebuah piano tidak dapat ditentukan. Menurut Om Hein, itu tergantung kerusakannya. Untuk piano yang rusaknya cukup berat, bisa memakan waktu sampai satu bulan.

Misalnya kayu body piano itu rusak termakan rayap, harus dibongkar dulu, dipisahkan satu persatu sambil mencari bahan kayu yang menyerupai body aslinya. “Cukup rumit,” tutur pria yang kini sudah agak gemetaran terserang alzhemeir itu.

Kalau kerusakan biasa, seperti tone yang berubah karena piano terlalu banyak dipindah-pindahkan atau digeser ke sana kemari, paling butuh waktu beberapa hari.



Segala mereka piano pernah direparasi oleh Om Hein. . Mulai dari Petrof buatan Ceko, Yamaha, sampai Kawai buatan Jepang. “Tapi kalau sekarang sepertinya masing-masing merek sudah punya tempat khusus reparasi sendiri. Misalnya tempat reparasi piano merek petrof hanya mau menerima reparasi piano dengan merek yang sama. Begitu juga dengan Yamaha yang sudah punya tempat reparasi khusus di dealer Yamaha sendiri,” katanya.

Tapi, bagaimanapun, keberadaan dokter piano masih dibutuhkan sampai kapanpun. Memiliki piano, sekalipun sudah tua dan berumur, rasanya memiliki suatu kebanggan tersendiri. Dan untuk membantu memilihara alat musik ini, orang-orang semacam Om Hein niscaya selalu dibutuhkan. > imel/kos

No comments:

Post a Comment

Adbox

@templatesyard