![]() |
RICHARD YOUNG/REX/Shutterstock/Aerosmith photographed in London in 1999.
|
Majalah Billboard menyebut perjalanan riwayat Aerosmith sebagai “penuh drama yang menandingi opera sabun paling melodramatis sekalipun.”
Sukses
mutakhir Aerosmith bisa kamu lihat dari masih bercokolnya hit I Don’t Want to Miss a Thing, yang
diambil dari album soundtrack film Armageddon,
di tangga-tangga lagu di Amerika Serikat hingga kini (paling gres adalah Hot
100 Singles versi Billboard). Karena prestasi inilah hampir bisa dibilang
armageddonn identik dengan Aerosmith.
Riwayat
Aerosmith dimulai dari pertemuan Steven, ketika masih berprofesi sebagai dramer, dengan Joe Perry, gitaris yang
bekerja di sebuah kedai es krim di Anchorage, New Hamshire. Waktu itu tahun
1970. Bersama-sama dengan pembetot bas Tom Hamilton, mereka lalu membentuk
trio. Cuma sebentar. Belakangan masuk Joey Kramer, dramer, dan Brad Whitford, gitaris. Steven memutuskan
untuk memegang rol sesuai bakatnya; penyanyi
utama.
Debut
rekaman mereka, yang kesepakatannya ditandatangani bersama-sama dengan Presiden Columbia Records,
Clive Davis, berjudul Aerosmith dan
dirilis pada musim gugur 1973. Tapi dari
album berikutnyalah, Get Your Wings,
yang disokong tur habis-habisan, Aerosmith menghimpun penggemar setia. Tangga
menuju bintang pun terentang.
Salah
satu sisi unik Aerosmith adalah warna musik yang mereka mainkan. Dari saat
pertama berdiri mereka tak berkiblat ke satu jenis apa pun. Sebagai penikmat,
mereka bahkan pada dasarnya lebih menyukai kelompok-kelompok seperti Fleetwood
Mac dan Sly & the Family Stone. “Joe dan aku pernah menyaksikan mereka di
Boston Tea Party,” kata Tom.
Toh
mereka sanggop berock ‘n roll (dari sini, serta karena tampang Steven yang
mirip Mick Jagger, orang lalu mengasosiasikan Aerosmith dengan Rolling Stones),
bisa menghentak lebih keras dengan metal, dan malah bisa juga melantunkan
balada.
Semuanya
berkembang sepanjang lebih dari lima tahun sejak berdiri. Tapi, sebaliknya, itu
justru tak terjadi pada diri masing-masing personel. Hanya sekitar tiga tahun
berlimpah sukses, mereka sudah terperosok ke dalam perangkap obat-obatan dan
alkohol. Grafik karier pun lalu menukik. Pada akhir 1970-an, nama Aerosmith
sudah nyaris hilang. Joe dan Brad keluar dan membentuk band sendiri.
Rupanya,
nyawa Aerosmith masih panjang. Joe dan Brad, yang merasa gagal berkarier
sendiri, memutuskan untuk kembali bergabung, pada 1984.Dan, bersamaan dengan
kesanggupan Steven dan Joe untuk menaklukkan pengaruh buruk obat-obatan dan
alkohol, bendera Aerosmith kembali berkibar.
Berturut-turut,
dari 1985, mereka merilis album album yang laris dan memuat sejumlah hits – Down With Mirror, Permanent Vacation (1987),
Pump (1989), dan Get a Grip (1993). Pump
bahkan terjual enam juta kopi. Semuanya diproduksi bersama Geffen Records.
Pada
1991, sementara masih bersama Geffen, Aerosmith meneken kontrak jutaan dolar
Amerika Serikat dengan Sony Music, sebuah kontrak yang akhirnya melabuhkan
kembali mereka ke Columbia Records. Baru pada 1997 Nine Lives meluncur. Rentang waktu yang, sebetulnya, terlalu
panjang. Tapi, kata Steven,”Inilah rekaman hebat, hebat, paling bagus.”









No comments:
Post a Comment