Mengenang Peter Green

thecelebworth.com
Oleh: Purwanto Setiadi
Sejak dari intronya, lagu ini mengingatkan masa ketika radio gelap di kampung halaman --ada berapa, tapi timbul tenggelam; itu sebabnya disebut radio gelap-- sering memutar musik blues dengan tempo semacam ini pada malam hari. Saya menyukainya; beberapa lagu yang saya kenal dari kaset-kaset kompilasi adalah blues yang tak jauh berbeda dari ini.

Saya mengenal siapa peter green berkat Black Magic Woman. Bukan dari versi yang dia bawakan bersama Fleetwood Mac, tapi dari penafsiran Carlos Santana. Dulu, karena informasi tak mengalir atau tersedia semelimpah dewasa ini, koneksi antara Santana dan Green, melalui lagu itu, baru sampai belakangan. Ini setidaknya bagi saya. Tapi begitu pengetahuan datang timbullah rasa penasaran.

Baru beberapa tahun kemudian saya bisa menelusuri karya-karya green, terutama dari masa sebelum bergabung dengan Fleetwood Mac dan periode solo kariernya. Penemuan-penemuan dari upaya itu membuat saya jatuh hati. Bukan karena dia adalah penggubah yang lagu-lagunya mampu memanjat tangga popularitas; buat saya, dia adalah gitaris yang setiap permainannya patut disimak dengan khusyuk.

Tetapi harus ditegaskan bahwa Green bukanlah gitaris yang gemar bermain ngebut. Dia cenderung memperhatikan susunan "kalimat" melodinya, juga tekanan dari tiap-tiap not. Kemampuan teknisnya, di antaranya string bending dan vibrato, mengalirkan urut-urutan melodi itu selayaknya paragraf yang kalimat-kalimatnya saling bersandar secara logis. Emosi dalam lagu, dengan begitu, tampil lebih menonjol.

Di awal kariernya, Green termasuk gitaris penting dari pergerakan blues di inggris. Dia bahkan dianggap sebagai rival sepadan dari Eric Clapton, yang kebetulan sama-sama pernah "magang" di John Mayall & The Bluesbreakers (Green menggantikan Clapton pada 1966).

B.B. King, bluesman yang mengilhami banyak musikus di Inggris untuk menggeluti blues, punya kesan khusus. "Dia memiliki nada paling manis yang pernah saya dengar; dia satu-satunya orang yang membuat saya berkeringat dingin," katanya, seperti dikutip dalam biografi ringkas di website Fleetwood Mac.

Kabar bahwa Green baru saja tutup usia membuat saya ikut berduka bersama-sama para penggemarnya. Lagu ini --dari album kedua solo kariernya, In the Skies (1979)-- sengaja saya tuju untuk mengenangnya.

Selamat jalan, Peter Green. Kau sudah di langit sekarang.


No comments:

Post a Comment

Adbox

@templatesyard