Superman Is Dead Back To Indie


Grup musik punk rock Superman Is Dead (disingkat SID) pada Kamis, bertepatan dengan peringatan hari jadi ke-27, mengumumkan mereka kembali independen dan telah menyelesaikan kerja sama dengan label Sony Music Indonesia.


SID terbentuk pada 18 Agustus 1995 dan sejak itu merilis tiga album secara independen antara lain “Case 15” (1997), “Superman Is Dead” (1998), dan “Bad Bad Bad” (2002).


Grup ini kemudian bergabung dengan label mayor Sony Music dan menelurkan enam buah album sejak 2003 dimulai dengan album “Kuta Rock City” hingga “Tiga Perompak Senja” (2018). Selain itu, SID juga pernah mengeluarkan album format vinyl di bawah naungan Sony Music berjudul “The Early Years, Blood, Sweat and Tears” (2012) yang berisi lagu-lagu terbaik mereka.


“Ya, kembali ke indie lagi. Kami rencananya mudah-mudahan bisa membentuk manajemen baru untuk ke mana nanti SID harus dibawa,” kata Bobby Kool, gitaris yang merangkap vokalis SID, saat media gathering dari Bali yang diikuti secara virtual pada Kamis.


Lebih lanjut, Bobby menjelaskan bahwa alasan SID kembali lagi menjadi independen karena kontrak dengan Sony Music telah berakhir. Langkah selanjutnya, SID berencana untuk membangun manajemen sendiri.


“Dan kami juga banyak juga belajar (saat kami) di major label. Banyak sekali belajar. (Setelah kontrak selesai) apakah kami harus masuk ke major label lagi, dan di situ kami putuskan untuk tidak lagi masuk ke major,” kata Bobby.


Jerinx menambahkan keputusan untuk kembali independen akan membawa banyak perubahan di tubuh SID, termasuk secara bisnis hingga pengelolaan sistem.


“Pokoknya akan ada perubahan besar dari SID tahun ini karena banyak adaptasi dengan bisnis musik sekarang. Dan aspek lain di luar musik itu akan kami gabungkan jadi satu, jadi di bawah satu pintu semuanya,” ujarnya.


Mengakhiri kerja sama dengan Sony Music, SID akan meluncurkan video klip berjudul “Tentang Tiga” berisi kisah perjalanan ketiga personel. Video terakhir di bawah naungan Sony Music itu rencananya akan ditayangkan melalui saluran resmi YouTube SID.



Music Video Director Erick Est mengatakan ide pembuatan video klip tersebut sebetulnya sudah direncanakan sejak lama sekitar tahun 2020. Ia menjelaskan isi video seperti dokumentasi atau rangkuman kisah tiga personel SID.


Menurut Erick, tantangan terbesar membuat video “Tentang Tiga” adalah mengubah format rekaman mentah yang masih tersimpan dalam kaset menjadi bentuk digital. Kaset tersebut diberikan oleh SID kepada Erick, berisi momen ketika tiga personel melakukan kegiatan bersama-sama.


Setelah lepas dari Sony Music, SID juga berencana untuk menelurkan karya baru yang direkam oleh Jerinx selama ditahan di penjara. Bobby mengatakan lagu baru mereka akan masuk dalam tahap mixing.


Karya tersebut, imbuh Jerinx, juga akan dibuat dalam bentuk video klip dan telah ada pihak yang akan mendukungnya. Menurutnya, karya baru SID akan menjadi karya pertama di dunia yang rekamannya dibuat di dalam penjara.


“Kalau yang bikin klip di penjara ada, Metallica, Johnny Cash. Tapi untuk rekaman itu yang belum ada,” ujar Jerinx.



27 Tahun Bertahan dan Ogah Bubar


Grup musik punk rock Superman Is Dead (disingkat SID) pada Kamis memperingati hari yang ke-27, mengatakan salah satu resep untuk tetap berkarya bersama dalam kurun waktu yang lama adalah komitmen untuk bertahan atau tidak bubar sebagai sebuah band.


“Tips-tips kami untuk tetap bersama adalah kami tidak bubar. Jangan sampai bubar,” kata bassis Eka Rock saat media gathering dari Bali yang diikuti secara virtual pada Kamis.


Penabuh drum, Jerinx menambahkan bahwa jawaban tersebut mungkin agak terdengar naif, namun untuk mencapai pada level ‘jangan sampai bubar’ memerlukan kompromi yang tinggi antar-individu.


Bagi ketiga personel, penting untuk memiliki sikap mengesampingkan ego pribadi serta menghormati satu sama lain sehingga personel SID tetap bersama dan tidak pernah ganti-ganti personel.


Beruntungnya, imbuh Jerinx, ketiganya jarang berjumpa sejak tahun 2006, setelah album “Black Market Love” dirilis, karena memiliki kehidupan pribadi masing-masing seperti memiliki keluarga hingga menjalankan bisnis sendiri. Hal tersebut, kata Jerinx, justru menjadi sesuatu yang baik bagi mereka untuk menjaga kekompakan band.


“Karena jika terlalu sering bertemu tiap hari itu ada yang namanya cabin fever, itu seperti kalau Anda terjebak dengan orang-orang yang sama selama beberapa bulan setiap hari, pasti akan ada perpecahan, akan terjadi konflik. Dan di SID hampir tidak pernah terjadi,” katanya.


Walau mereka tidak sering bertemu, Bobby mengaku ketiganya tetap menemukan momen yang menyenangkan justru ketika bertemu kembali untuk membahas karya dan konsep baru. Sementara bagi Eka, kekompakan SID sudah terasa seperti keluarga sendiri.


Menurut Jerinx, usia SID yang memasuki tahun ke-27 terasa seperti lahir kembali. Apalagi mereka juga sudah menyiapkan sejumlah karya baru yang dibuat sejak pandemi, seperti karya yang direkam Jerinx selama berada di dalam penjara.


“Sejak pandemi ini kami banyak banget mendapatkan inspirasi, bagaimana psikologi manusia, bagaimana tentang sifat-sifat asli manusia yang sebenarnya, bagaimana sifat teman-teman kita yang selama ini kita anggap teman. Itu sangat memberi banyak referensi untuk bahan lirik,” tuturnya.


Selama 27 tahun berkarier di SID, Jerinx mengucapkan terima kasih terutama atas dukungan produser musik Jan Djuhana yang “menemukan” band itu dan membuka pintu masuk untuk bergabung dengan label besar yang selama 13 tahun menaungi mereka yaitu Sony Music Indonesia.


Bahkan jika bukan karena Jan, imbuh Jerinx, lagu “Punk Hari Ini” mungkin tidak akan menjadi seikonik seperti sekarang sebab Jan-lah yang memilih lagu tersebut sebagai rilisan pertama SID dari album “Kuta Rock City” (2003).



“Lagu itu memang ada power-nya. Telinga pak Jan itu memang dibutuhkan. Telinga-telinga orang yang visioner seperti Pak Jan-lah untuk tahu,” tuturnya.


Jan, yang juga hadir secara virtual pada Kamis, berharap agar SID tetap menjaga kekompakan hingga berpuluh tahun mendatang. Ia mengaku kagum atas pencapaian SID yang memasuki usia 27 tahun.


“Menyatukan tiga hati itu tidak gampang, tapi ternyata kalian bisa melakukan itu sampai di ulang tahun ke-27 itu. Saya berharap kalian bisa ulang tahun ke-30, nanti 40 dan 50, seperti band-band yang pernah ada di dunia, seperti Rolling Stone yang tetap kompak,” ujar Jan.


Pada tahun ini, kontrak kerja sama antara SID dan Sony Music berakhir. Grup band yang berbasis di Bali itu memutuskan untuk kembali independen dan berencana untuk membuat manajemen sendiri. Karya terakhir bersama Sony Music hadir dalam bentuk video klip berjudul “Tentang Tiga” yang rencananya akan dirilis dalam waktu dekat melalui saluran YouTube SID.


No comments:

Post a Comment

Adbox

@templatesyard